Hallo Bapak dan Ibu Guru, pernah saat mengajar dicuekin siswa, bukannya siswa merhatiin kita lagi ngajar, malah ngomel, dan gak merhatiin sama sekali. Nah tips ini kami bagikan buat kawan-kawan, tips ini diambil dari salahsatu Blog sahabat kita (Rumah Mentor). Yuk simak isinya.........
.....Saya
sebenarnya bukanlah seorang guru, namun hanya seorang yang suka berbagi
ilmu meskipun cuma sedikit. Semenjak SMA, saya sudah terbiasa berbagi
ilmu. Pertama kali saya berbagi ilmu dalam “jumlah besar” adalah ketika
saya bertukar ilmu dengan seorang guru SMA saya.
Saya sebut bertukar ilmu karena beliau
mengajarkan saya pelajaran fisika (karena beliau bukan guru kelas saya)
dan saya mengajarkan beliau menggunakan komputer. Pada masa itu komputer
masih merupakan barang langka sehingga hanya sedikit orang yang bisa
dan kebetulan saya adalah orang yang beruntung itu. Dari pengalaman
berkali-kali menjadi tentor dalam beberapa pelatihan blog, Linux,
marketing, MLM dan juga duduk sebagai siswa, saya kemudian menetapkan
standar bagaimana cara untuk mengajar itu.
Mengajar itu horisontal, bukan vertikal
Sifat mengajar yang horisontal berarti
kita sebagai tentor menempatkan diri sama tinggi dengan siswa kita. Kita
berbicara sebagai orang yang lebih dahulu tahu, bukan lebih pintar.
Kita mentransfer ilmu, bukan memberi ilmu. Saya seringnya mengatakan
seperti ini setelah perkenalan:
“Saya berdiri di depan anda sekalian
bukan karena saya lebih pintar dari anda, namun hanya karena saya
mengenal ilmu ini lebih dahulu daripada anda. Mungkin suatu saat
diantara anda sekalian ada yang lebih mengerti ilmu ini daripada saya.
Saya berkeyakinan kuat akan hal ini.”
Pernyataan diatas sudah memberikan
dorongan kepada siswa untuk lebih santai dan lebih menikmati
kebersamaannya dengan anda. Jika kelas sudah santai dan dinikmati, maka
pelajaran mudah diberikan. Dalam memberikan pelajaran, anggaplah kita
sedang bercerita tentang pengalaman sehingga ilmu apapun itu tidak
terkesan menyeramkan.
Mengajar itu memberikan motivasi
Dalam mengajar, pastikan selalu
memberikan motivasi kepada murid-murid kita. Motivasi bisa dilakukan di
seluruh waktu, namun ada waktu-waktu yang terbaik
.
Motivasi di pertemuan pertama
Untuk ini saya menjiplak guru SD saya
dulu, namanya pak Jamari, beliau adalah guru IPA kelas 2. Saat pertemuan
pertama, beliau membawa sebuah gambar Thomas Alva Edison dan
memajangnya di depan kelas lalu bercerita tentang Thomas Alva Edison.
Ketika saya naik kelas, saya melihat guru saya itu melakukan hal yang
serupa pada adik kelas saya. Ya, setidaknya bagi anak-anak kelas 2 SD,
kisah Edison itu inspiratif.
Motivasi pada tengah pelajaran
Saya terbiasa memberikan hadiah bagi
mereka yang dapat mengerjakan sesuatu yang saya tugaskan di
tengah-tengah pelajaran. Ini saya tiru dari seorang guru biologi SMP
saya. Reward itu bisa berupa makanan atau minuman dan terkadang alat
tulis. Reward ini bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. Mungkin untuk guru
sekolah bisa dengan menjanjikan kebebasan pekerjaan rumah bagi yang
dapat menjawab pertanyaan. Yah, hal-hal semacam itulah, tergantung
bagaimana kreatifitas dan keadaan.
Motivasi di akhir pelajaran
Untuk ini saya mencontoh dari tayangan di TV yang menampilkan kilasan sebelum jeda iklan. Saya terbiasa memberikan preview
pelajaran selanjutnya pada bagian yang menarik sebelum kelas berakhir.
Hal ini membuat siswa kita menjadi semangat untuk mengikuti kelas kita
selanjutnya. Penasaran adalah senjata guru untuk membuat kelasnya
menjadi diminati oleh murid-muridnya.
Dan tak lupa, sebagai seorang guru kita
haruslah menjadi seseorang yang dapat menyakinkan murid kita bahwa
mereka hebat. Kita harus bisa menanamkan kepada mereka bahwa mereka
pasti bisa melakukan apa saja asalkan berusaha dengan baik. Hal ini
dapat kita tempuh dengan menghindari kalimat-kalimat yang menurunkan
keyakinan terhadap diri mereka sendiri. Saya sendiri berpendapat bahwa
tidak ada orang bodoh, hanya saja memiliki pemahaman yang berbeda.
Mengajar itu memberikan contoh
Seorang guru SMA saya pernah mengatakan
bahwa “ajarkan apa yang kamu bisa, bukan apa yang kamu tahu”. Maksudnya
adalah apa yang kita ajarkan sebaiknya adalah sesuatu yang kita mengerti
dan bisa kita lakukan. Lakukan dengan memberikan contoh. Ketika
memberikan pelatihan, saya lebih banyak memberikan contoh dan
mempraktekkan langsung supaya siswa mengerti dan tidak hanya
mengimajinasikan dalam pikiran saja. Oleh karena itu sebagai guru kita
harus paham konsep dari suatu hal yang diajarkan. Pemahaman konsep akan
membuat kita mudah memberikan contoh apa saja dan memecahkan
problematika yang mungkin dihadapi oleh para siswa.
Hal-hal diatas hanyalah sekelumit dari
bagaimana mengajar yang baik. Selain dari pengalaman mengajar,
pengalaman saya duduk sebagai siswa dari kecil hingga dewasa juga
mempengaruhi kesimpulan tentang bagaimana seharusnya seorang guru itu
mengajar(hanyalewat.com)
Banyak
Papa yang berasumsi untuk mendisiplinkan anak
berarti harus marah, berteriak, mengancam, atau bahkan memukul anak
jika berbuat salah. Disiplin bisa diterjemahkan dalam banyak cara dan
diterapkan dengan yang berbeda oleh seorang Papa. - See more at:
http://mendidikanakanak.blogspot.com/2014/02/tips-untuk-papa-dalam-mendisiplinkan.html#sthash.DVOBF6Rz.dpuf
Mengajari Anak Mengenal Alam Melalui Berkebun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar