Pengajar Rumah Bune mendongeng dengan Boneka Tangan |
Anak-anakl Rumah Bune sedang mendengarkan dongeng boneka |
Kesibukan menjadi salah satu alasan kurangnya waktu orangtua untuk
anak-anaknya. Sebuah survei yang dilakukan pada 500 anak usia 3-8 tahun
di Inggris mengungkapkan, hampir 2/3 anak yang disurvei menginginkan
orangtuanya meluangkan waktu untuk membacakan cerita sebelum mereka
tidur, terutama oleh sang ibu.
“Salah satu cara terbaik untuk meluangkan waktu bagi anak-anak adalah
melalui mendongeng bagi mereka,” ungkap psikolog anak, Efnie Indrianie,
dalam talkshow bersama Wall’s Dreamy Creamy di Hongkong Cafe, Jakarta,
Senin (14/5/2012) lalu.
Sampai saat ini kegiatan mendongeng sudah banyak ditinggalkan oleh
para orangtua, karena dianggap merepotkan dan membuat mereka semakin
lelah setelah seharian bekerja. Padahal sebenarnya mendongeng merupakan
kegiatan positif yang bisa mengeratkan hubungan ibu dan anak.
“Mendongeng sebenarnya bukanlah kegiatan untuk menidurkan anak, tapi
lebih berfungsi untuk meningkatkan kedekatan ibu dan anak, dan
mengembangkan kemampuan otak anak,” bebernya.
Mendongeng juga membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak, serta beberapa manfaat lain berikut ini:
1. Mengembangkan imajinasi anak
Dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi. Menurut Efnie, anak usia 3-7 tahun memiliki “dunia”-nya sendiri, bahkan mempunyai teman khayalan sebagai teman mereka bermain. Hal ini sebenarnya tidak salah, karena bisa membantu proses perkembangan mereka. Namun, sebaiknya orangtua tetap mengontrol imajinasi meeka agar tetap positif, salah satunya melalui pembacaan dongeng. Melalui dongeng yang dibacakan sang ibu, imajinasi anak akan diarahkan dengan lebih baik.
Dunia anak adalah dunia yang penuh imajinasi. Menurut Efnie, anak usia 3-7 tahun memiliki “dunia”-nya sendiri, bahkan mempunyai teman khayalan sebagai teman mereka bermain. Hal ini sebenarnya tidak salah, karena bisa membantu proses perkembangan mereka. Namun, sebaiknya orangtua tetap mengontrol imajinasi meeka agar tetap positif, salah satunya melalui pembacaan dongeng. Melalui dongeng yang dibacakan sang ibu, imajinasi anak akan diarahkan dengan lebih baik.
2. Meningkatkan keterampilan berbahasa
Mendengarkan dongeng merupakan salah satu stimulasi dini yang bisa digunakan untuk merangsang keterampilan berbahasa pada anak. Menurut penelitian, anak perempuan lebih cepat menguasai kemampuan berbahasa dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena anak perempuan memiliki fokus dan konsentrasi yang lebih baik daripada laki-laki.
Mendengarkan dongeng merupakan salah satu stimulasi dini yang bisa digunakan untuk merangsang keterampilan berbahasa pada anak. Menurut penelitian, anak perempuan lebih cepat menguasai kemampuan berbahasa dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena anak perempuan memiliki fokus dan konsentrasi yang lebih baik daripada laki-laki.
“Ini dipengaruhi oleh kemampuan multitasking perempuan,” kata Efnie.
Kemampuan awal yang dikuasai anak-anak adalah kemampuan verbal, sehingga
otak kanan mereka lebih berkembang dan keterampilan berbahasanya lebih
terlatih. Selain itu, kisah-kisah dongeng yang positif akan membantu
anak bertutur kata dalam bahasa yang sopan.
3. Meningkatkan minat baca anak
Secara tak langsung, anak-anak yang memiliki ketertarikan pada dongeng akan memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi. Cara yang paling mudah untuk mendongeng adalah dengan membacakan buku cerita kepada mereka. Ketika tertarik pada dongeng, mereka menjadi lebih tertarik pada buku-buku cerita bergambar. Dengan sendirinya, minat baca mereka juga meningkat.
Secara tak langsung, anak-anak yang memiliki ketertarikan pada dongeng akan memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi. Cara yang paling mudah untuk mendongeng adalah dengan membacakan buku cerita kepada mereka. Ketika tertarik pada dongeng, mereka menjadi lebih tertarik pada buku-buku cerita bergambar. Dengan sendirinya, minat baca mereka juga meningkat.
4. Membangun kecerdasan emosional
Selain mendekatkan keakraban ibu dan anak, mendongeng ternyata bisa membangun kecerdasan emosional anak. Anak-anak akan belajar tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan. “Anak-anak kecil sulit untuk belajar tentang berbagai hal yang abstrak, seperti kebaikan pada sesama. Tetapi dengan dongeng, anak akan terbantu dalam memahami nilai-nilai emosional pada sesama,” bebernya.
Selain mendekatkan keakraban ibu dan anak, mendongeng ternyata bisa membangun kecerdasan emosional anak. Anak-anak akan belajar tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan. “Anak-anak kecil sulit untuk belajar tentang berbagai hal yang abstrak, seperti kebaikan pada sesama. Tetapi dengan dongeng, anak akan terbantu dalam memahami nilai-nilai emosional pada sesama,” bebernya.
Ditambahkan Efnie, anak-anak sekarang ini kebanyakan hanya memiliki
kepandaian kognitif saja, padahal kepandaian emosional juga dibutuhkan
untuk bersosialisasi dan berbuat baik pada sesama sebagai bekal
kehidupan mereka.
5. Membentuk anak yang mampu berempati
Stimulasi melalui dongeng akan mampu merangsang kepekaan anak usia 3-7 tahun terhadap berbagai situasi sosial. Mereka akan belajar untuk lebih berempati pada lingkungan sekitarnya. Stimulasi akan lebih baik jika dilakukan dengan merangsang indera pendengaran dibandingkan visual. Stimulasi visual melalui televisi atau game memang akan merangsang kepandaian visual, namun tidak akan merangsang kepekaan perasaan dan empati anak. Dengan pendengaran, dan cerita-cerita yang mendidik, anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai positif dan berempati dengan orang lain.
Stimulasi melalui dongeng akan mampu merangsang kepekaan anak usia 3-7 tahun terhadap berbagai situasi sosial. Mereka akan belajar untuk lebih berempati pada lingkungan sekitarnya. Stimulasi akan lebih baik jika dilakukan dengan merangsang indera pendengaran dibandingkan visual. Stimulasi visual melalui televisi atau game memang akan merangsang kepandaian visual, namun tidak akan merangsang kepekaan perasaan dan empati anak. Dengan pendengaran, dan cerita-cerita yang mendidik, anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai positif dan berempati dengan orang lain.
Wah, ceritanya seru yah Ananda Faris ? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar